Kepala negara dalam konferensi tingkat tinggi ASEAN ke 5 hari ini mengakhiri dengan deklarasi dan kesepakatan daerah untuk membantu menjawab masalah krisis keuangan global dan ketahanan pangan, pemimpin dari Asosiasi Petani Asia (AFA), sebuah aliansi organisasi petani nasional dengan 10 juta anggota di Filipina, Indonesia, Kamboja, Vietnam dan Thailand, meminta ASEAN untuk mempromosikan pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan di wilayah ini.
"Kami sangat senang mengetahui bahwa ASEAN telah menandatangani ASEAN Integrated Food Security Framework. Namun, kami ingin menempatkan penekanan pada promosi besar-besaran mengenai pertanian organik (SA) yang berkelanjutan, terpadu, dan beraneka ragam untuk menjaga ketahanan pangan. SA adalah cara untuk menjaga ketahanan pangan dan mengurangi kemiskinan di kalangan petani kecil, nelayan dan masyarakat adat, "kata Ibu Sudaporn Sittisathapornkul, Ketua dari AFA.
Ketua dewan tani AFA mencatat bahwa tahun lalu 400 ilmuwan dari seluruh dunia menghasilkan 2500 halaman laporan bernama Penilaian Internasional Mengenai Pengetahuan Pertanian, Sains, Teknologi dan Pembangunan (IAASTD), yang ditandatangani oleh 60 negara termasuk Bank Dunia. Dalam laporan tersebut menyatakan bahwa pemerintah harus menahan diri pertanian yang biasa dilakukan - intensif kimia dan monocropping - dan harus meningkatkan pertanian berkelanjutan.
"SA sebenarnya dapat memberi makan dunia, yang secara ekonomis dapat bertahan, dan pada saat yang sama mampu beradaptasi dan mengurangi dampak perubahan iklim untuk petani. Kami meminta pemerintah ASEAN investasi, pendanaan, penelitian, program pembangunan berkelanjutan, terpadu, diversifikasi, pertanian organic secara langsung "katanya lebih lanjut dijabarkan.
"Kami menyarankan review dari kerangka kerja ini, dan memastikan partisipasi dari gerakan sosial dari petani kecil laki-laki dan perempuan, nelayan dan masyarakat adat," kata Ibu Sudaporn. "Kami meminta pada pemerintah ASEAN untuk melakukan konsultasi di negara mereka dan pada tingkat daerah tentang kerangka ini, dan rencana aksi," kata Ester Penunia, sekretaris umum dari AFA.
AFA telah memonitor pertemuan tingkat tinggi ASEAN ke 14. Sekretaris umumnya, merupakan salah satu dari delapan wakil dari kelompok-kelompok sosial masyarakat yang bertemu di sekretariat ASEAN dalam pertemuan informal kemarin, 28 Februari.
AFA juga melakukan Konsultasi Regional mengenai krisis keuangan global dan Agenda Perdagangan Daerah, pada 23-25 Februari 2009, di Bangkok, Thailand. Konsultasi ini dihadiri oleh sekitar 40 pemimpin petani beserta penterjemahnya, kelompok pendukung LSM.
Selama konsultasi, AFA juga membahas mengenai bagaimana perjanjian perdagangan yang telah dimasuki oleh ASEAN bisa memberikan manfaat bagi petani dan perempuan petani skala kecil. "Dengan makanan surplus yang diperdagangkan di pasar lokal, nasional, regional dan pasar internasional, perjanjian perdagangan yang harus dimasuki oleh ASEAN harus a) mempertahankan kapasitas negara anggota untuk membebaskan sektor penting demi ketahanan pangan, keamanan mata pencaharian, pembangunan pedesaan dan pengentasan kemiskinan dan menjamin keuntungan bagi petani produsen, serta b) menyediakan undang-undang perlindungan dan solusi," kata Ibu Sudaporn.
"Terakhir, kami meminta ASEAN untuk memastikan partisipasi dari produsen pedesaan skala kecil di pembuatan kebijakan, pelaksanaan kebijakan dilakukan melalui konsultasi dan melibatkan kelompok-kelompok nasional dan daerah dalam proses perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan," katanya lebih lanjut.
Contact persons:
Esther Penunia, Secretary General, AFA.
afaesther@asianfarmers.org *639178138698
Sudaporn Sittisathapornkul, Chairperson, AFA,
sorkorporthai0yahoo,com 081 835 0928
Chaiwat Suravichai, Secretary General, Sor Kor Por
sorkorporthai@yahoo.com +6616467709